Insya Allah semua kenal dengan hujan. Air yang turun dari langit.
Berupa butiran – butiran. Bisa deras atau rintik – rintik. Yang jelas
dingin rasanya. Ia berasal dari sekumpulan awan. Dan awan terbentuk
dari penguapan air, umumnya air laut, karena sinar matahari. Uap air
naik dan kemudian terbawa oleh angin. Berkumpul jadi awan dan
selanjutnya turun ke bumi sebagai hujan.
Dan Dialah yang
meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan
rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan
mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan
hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu
pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan
orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.
(QS al-A’raf 57).
Hujan adalah rohmat. Siapapun tak memungkirinya itu. Tapi bagi
kebanyakan kita yang sering menyaksikan atau menerima hujan, apalagi di
musim hujan, melihatnya pasti biasa saja. Ia tak lebih dari peristiwa
alam. Bahkan ada yang berkeluh kesah karena hujan. Sebab banjir dan
becek, sehingga menghambat aktivitas. Berbeda dengan daerah yang jarang
hujan. Seperti di gurun atau lama tidak hujan. Musim kemarau. Panas
yang terik. Nah, hujan adalah hal yang ditunggu – tunggu. Penuh harap
dan terasa sekali aroma rohmatnya.
Maka
tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke
lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: "Inilah awan yang akan
menurunkan hujan kepada kami." (Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu
minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab
yang pedih, (QS al-Ahqof 24)
Kadang hujan disertai dengan angin
yang kencang. Banyak pepohonan yang tumbang. Banyak rumah yang ambruk
atau atapnya terbang. Menyebabkan tanah longsor, banjir bandang dan
lainnya. Maka terus ada istilah angin puting beliung, angin bahorok,
ole – ole, tornado dsb. Hujan pun bisa menjadi bencana. Hujan bukan
sebagai rohmat lagi, tetapi menjadi mushibah.
Namun kalau
dibandingkan, dengan cara menghitung tentu kita akan tahu, banyak mana
hujan sebagai rohmat atau hujan sebagai bencana? Tentu jawabnya adalah
yang pertama, yaitu hujan sebagai rohmat. Ayat – ayat pun dengan jelas
dan banyak, berkali – kali menyebutkan kerohmatan hujan dibanding
bentuk siksa atau bencana. Sayangnya banyak dari kita yang tidak
menyadarinya. Bahkan melupakan dan menyepelekan rohmat ini. Ada lagi
malah yang mengutuk, sial hujan lagi, katanya. Naudzubillah.
(Ingatlah),
ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman
daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk
mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu
gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan mesmperteguh
dengannya telapak kaki(mu). (QS al-Anfal 11).
Allah, Dialah yang
mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah
membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan
menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari
celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya
yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira. (QS ar-Rum 48)
Insya
Allah setiap kali hujan, saya selalu berucap syukur; Alhamdulillah
hujan. Saya berusaha untuk terus mensyukurinya. Bergembira. Dan sebisa
mungkin menghindar untuk mencerca atau mengingkarinya. Sampai beberapa
hari yang lalu, saya benar – benar merasakan rohmat hujan ini. Malam
itu hujan deras sekali, tapi saya sudah tertidur. Nah, ketika bangun
hujan masih mengguyur. Terus, ketika pergi ke kamar mandi ternyata air
di bak kosong. Sudah begitu, pompa ternyata ngadat. Nggak keluar air.
Akhirnya saya lempar ember di bawah talang rumah. Tak berapa lama penuh
dan saya angkat ke kamar mandi. Untuk wudhu dan sekalian mandi pagi
itu. Huh, mak nyess,,,, dingin dan segar luar biasa. Seperti yang
disebut dalam ayat quran maa’an thohuuroon. Dan saya pun teringat
dengan doa yang setiap saat saya lantunkan, yang isinya meminta kepada
Allah untuk mencuci dosa dan kesalahan saya bilmaa’i wats-tsalji
walbarod - dengan air, salju dan embun yang dingin. Mandi air hujan
saja luar biasa, bisa membersihkan bolot/daki dan kesegaran yang wah,
apalagi jika dosa tercuci dengan air salju dan embun yang dingin.
Subhanallah…!
Rohmat, tetaplah rohmat. Jangan jadikan dia adzab, karena ketidakpedulian kita, sehingga Allah pun mengiyakannya. Rugi kan?
Oleh :Ustadz.Faizunal Abdillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar