Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

Adat Basandi Syara', Syara' Basandi Kitabullah, Syara' Mangato Adat Mamakai

Minangkabau = Islam

Minangkabau bukan Islam dan Islam bukan Minangkabau..
Kata-kata tersebut kami dapati pada sebuah tulisan yang dimuat pada sebuah website. Sangat mengganggu sekali ketika membacanya. Kami insyaf, orang yang menulis ialah seorang SEPILIS[1] yang memiliki tujuan (misi/agenda) untuk menghancurkan Ruha Keislaman pada diri orang Minangkabau.
Kami tidak setuju dengan pendapat yang pertama namun sependapat dengan yang kedua..
Tulisan ini tentunya berhasil memancing komentar kasar, tergesa-gesa, tanpa logika yang mantap, dan mudah untuk dipatahkan. Kebanyakan pengomentar ialah orang Minangkabau sendiri. Memang itulah tujuan si penulis. Satu komentar dijawabnya dengan mantap untuk mematahkan. Itulah tujuan utamanya, memancing ikan..

Ingat engku dan encik sekalian, berhati-hatilah ketika berkomentar pada sebuah website/blog. Sebab apabila si penulis beranggapan komentar tersebut menggganggu misinya dan tak pula dapat dijawab. Maka komentar tersebut takkan ditampilkan.
Berkali-kali si penulis yang bukan Orang Minang menjawab setiap komentar yang masuk bahwa agama itu ialah hak pribadi, hak semua orang, tak dapat dipaksakan. Jawapan khas dari Kaum Abdullah bin Ubay (SEPILIS).
Memang itulah tujuan mereka, mengubah cara pandang (perspektif) kita orang Islam, orang Minang. Sebab selama kita masih bertahan dengan cara pandang kita dimana Islam merupakan jati diri (identitas) kita orang Minang. Maka tujuan mereka (misi) untuk memisahkan agama dari negara takkan pernah terwujud.

Jadi engku dan encik sekalian, jagalah Islam itu agar tetap menjadi jati diri (identitas) kita. Jangan pernah lepaskan, bertahanlah, walau kita kalah dalam berlogika dalam berkata-kata dan menulis dari mereka. Insya Allah, suatu masa kelak mereka akan dibalas, kalau bukan kita, maka saudara kita yang lain akan melakukannya. Insya Allah, Amin..

Memanglah Islam itu pilihan diri yang tak boleh dipaksakan, masih ingatkah engku dan encik sekalian dengan kisah Sayyidina Ali ketika hendak masuk Islam?
Namun bukankah Allah telah mengatakan, bahwa setiap bayi yang dilahirkan sesungguhnya terlahir sebagai seorang muslim. Tak peduli orang tuanya beragama Islam, Nasrani, Yahudi, ataupun agama lainnya.
Sebelum ruh kita ditiupkan ke dalam segumpal daging di dalam rahim ibu kita. Ruh (kita/insan/manusia) telah membuat perjanjian dengan Sang Khalik bahwa kelak di atas dunia dia akan menyembah kepada Allah, memuji dan menyembahNya, bertujuan hanya kepada Nya.
Pernahkah engku dan encik mendengarnya? Kita telah membuat Perjanjian dengan Allah, dan kita harus penuhilah janji tersebut. Kita telah memilih untuk menjadi seorang muslim ketika sebelum ruh kita ditiupkan ke dalam tubuh kita yang lemah itu.

Masih mengatakan kalau agama itu ialah pilihan pribadi yang tak dapat dipaksakan?
Jangan katakan kalau itu “hanya keyakinan dalam Islam.” Sebab dengan begitu engku dan encik telah memisahkan agama dari negara, dari kehidupan. Silahkan engku dan encik dengan keyakinan engku dan encik sekalian. Kami dengan kami pula, lakum dinukum waliyadin..
Engku kata saling menghormati pendapat masing-masing?

Maka hormati pula pendapat kami, ISLAM IALAH JATI DIRI (IDENTITAS) KAMI ORANG MINANGKABAU. JIKA BUKAN ISLAM MAKA DIA BUKAN ORANG MINANG. WALAU TERLAHIR DARI RAHIM PEREMPUAN MINANG.
MINANGKABAU IALAH ISLAM


[1] Sekuleris, Pluralis, & Liberalis tiga kata dengan satu makna yakni menghilangkan pengaruh agama dalam kehidupan bermasyarakat.



sumber :  http://soeloehmelajoe.wordpress.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar