Sesungguhnya Allah memerintahkan kita untuk bersedekah di jalan Allah:
“Dan
belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah,
karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” [Al
Baqarah 195]
Allah menjanjikan jalan yang mudah/surga bagi orang yang memberikan hartanya di jalan Allah:
“Allah
Ta’ala berfirman, ”Adapun orang yang memberikan hartanya di jalan
Allah dan bertaqwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik syurga
maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah “. [Al Lail
5-8]
Sesungguhnya orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah mendapat balasan berlipat ganda:
“Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di
jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” [Al Baqarah 261]
“Dan
mereka tiada menafkahkan suatu nafkah yang kecil dan tidak (pula) yang
besar dan tidak melintasi suatu lembah, melainkan dituliskan bagi mereka
(amal saleh pula) karena Allah akan memberi balasan kepada mereka yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” [At Taubah 121]
Orang yang berjihad dengan jiwa dan hartanya lebih tinggi derajadnya daripada orang yang duduk/diam saja:
“Yaitu
kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah
dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui.” [Ash Shaff 11]
“Tidaklah
sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak
mempunyai ‘uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan
harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad
dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat.
Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga)
dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk
dengan pahala yang besar” [An Nisaa' 95]
Dalam
surat Al Maa’uun, Allah menyebut orang yang tidak mau sedekah untuk
membantu fakir miskin sebagai pendusta agama meski mereka rajin shalat.
Tanpa bersedekah, kita tidak akan mendapat pahala:
“Kamu sekalian tidak akan memperoleh kebaikan (pahala), kecuali menafkahkan (memberikan) apa yang kalian cintai” [Ali Imran 92]
”Allah
memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai
setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” ” [Al
Baqarah 276]
Di antara rahasia dan keutamaan orang yang rajin bersedekah, yaitu sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis,
“Orang
yang pemurah itu dekat dari Allah, dekat dari manusia, dekat dari surga
dan jauh dari neraka. Adapun orang yang kikir, maka jauh dari Allah,
jauh dari manusia, jauh dari surga dan dekat kepada neraka (siksaan
Allah). ” (H.R. Tirmidzi clan Baihaqi)
“Sesungguhnya
shadaqah itu dapat memadamkan murka Allah dan dapat menolak cara mati
yang buruk. ” (H.R. Tirmidzi, lbnu Hibban, lbnu ‘Adi, clan Baihaqi)
Hadits
di atas cukup jelas menggambarkan keutamaan sedekah. Jika kita tidak
sedekah, Allah bisa murka kepada kita dan kita bisa mati dalam keadaan
su’ul khotimah atau masuk neraka. Padahal kita ingin mati dalam keadaan
husnul khotimah bukan?
Dari
Abu Hurairah ra. : Nabi Muhammad Saw bersabda, “setiap hari, dua
malaikat turun ke bumi. salah seorang dari mereka berkata, ‘ya Allah,
gantilah harta orang yang bersedekah di jalan-Mu’. sedangkan yang
satunya lagi berkata, ‘ya Allah, binasakanlah harta orang yang menahan
hartanya untuk disedekahkan’.”
Rajinlah bersedekah sehingga di akhirat tidak termasuk orang yang menyesal karena dimasukkan ke neraka akibat tidak bersedekah:
“Katakanlah
kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: “Hendaklah mereka mendirikan
shalat, menafkahkan sebahagian rezki yang Kami berikan kepada mereka
secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat)
yang pada bari itu tidak ada jual beli dan persahabatan” [Ibrahim 31]
“Hai
orang-orang yang beriman, belanjakanlah di jalan Allah sebagian dari
rezki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada
hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa’at. Dan
orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.” [Al Baqarah 254
“Dan
belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu
sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia
berkata, Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku
sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku
termasuk orang-orang yang shaleh?” [Al-Munafiqun 10]
Hendaknya kita bersedekah dengan harta yang kita cintai. Bukan yang memang tidak kita ingini:
“Hai
orang-orang yang beriman, nafkahkanlah di jalan allah sebagian dari
hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan
dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu
kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan
ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” [Al Baqarah 267]
“Bentengi
Hartamu dengan Zakat, Obat Orang Sakit dari Kalanganmu dengan Sedekah
dan Persiapkan Do’a untuk Menghadapi Datangnya Bencana”. (HR. Tabrani).
Jika
kita atau saudara kita menderita penyakit yang parah atau tak kunjung
sembuh seperti kanker atau lainnya, coba obati penyakit kita dengan
Sedekah. Kita tahu bahwa yang Maha Menyembuhkan adalah Allah. Obat
sebagus apa pun dan dokter sehebat apa pun tidak akan bisa menyembuhkan
penyakit kita jika tidak diizinkan oleh Allah. Hanya Allah yang bisa
menyembuhkan kita:
“Dan apabila aku sakit, Dialah Allah Yang menyembuhkan aku” [Asy Syu'araa' 80]
Oleh karena itu dengan bersedekah, semoga penyakit kita disembuhkan oleh Allah.
Kita
mengira dengan memberi fakir miskin uang Rp 1.000 atau Rp 2.000 kita
sudah bersedekah. Padahal jika kita diberi uang sebesar itu, kita tentu
enggan mengambilnya bukan? Itulah maksud ayat di atas.
Islam
tidak akan tegak/berjaya jika ummat Islam yang mampu/berkelebihan hanya
menyumbang receh. Nanti di bawah kita akan ketahui bagaimana Abu Bakar
bahkan rela menyumbang seluruh hartanya untuk kejayaan Islam.
Janganlah kikir/pelit karena takut miskin. Jarang ada orang yang miskin karena rajin bersedekah:
“Syaitan
menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu
berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan
daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengatahui. ” [Al Baqarah 268]
Untuk siapakah kita bersedekah?
Mereka
bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta
yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam
perjalanan.” Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya
Allah Maha Mengetahuinya. ” [Al Baqarah 215]
Seperti
halnya zakat, sedekah tidak terbatas hanya untuk fakir miskin saja,
tapi juga terhadap orang yang berjuang di jalan Allah seperti berdakwah
atau para mujahidin yang berperang:
“Sesungguhnya
zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan
untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang
diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
[At-Taubah 60]
Kenapa
Islam dulu berjaya? Mengapa Islam dulu mampu bukan hanya menahan kaum
kafir, Yahudi, tentara Romawi dan Persia, tapi bahkan menaklukkan
mereka?
Karena
para aghniya / orang-orang kaya rajin bersedekah untuk perjuangan
Islam. Saat perang Tabuk di mana 30 ribu pasukan Muslim harus berperang
dengan 200 ribu pasukan Romawi, orang-orang kaya berlomba menginfakkan
hartanya untuk mendukung perjuangan. Usman menyumbang sepertiga
hartanya sehingga bisa membiayai 1/3 pasukan berikut onta dan kuda. Umar
menyumbang separuh hartanya. Sementara Abu Bakar menyumbang seluruh
hartanya. Yang lain ada yang menyumbang ribuan kilo makanan sementara
yang kurang mampu pun menyumbang beberapa kepal makanan.
Dengan
cara itu, maka puluhan ribu orang yang miskin juga bisa turut berperang
sehingga ummat Islam jadi lebih kuat. Bayangkan jika yang bisa perang
hanya beberapa ribu orang kaya saja sementara puluhan ribu orang miskin
tak bisa perang, tentu jadi lemah dan mudah dikalahkan.
Sedekah juga digunakan untuk memperkuat dakwah dan persenjataan ummat Islam:
"Dan
siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi
dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan
itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain
mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa
saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan
cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). “ [Al Anfaal
60]
Dengan
kekuatan tentara dan persenjataan ummat Islam yang didukung oleh jihad
dengan jiwa dan harta, maka 200 ribu pasukan Romawi begitu gentar hingga
tidak berani menampakkan dirinya di kota Tabuk untuk melawan 30 ribu
pasukan Muslim yang berdiam hingga 20 malam di sana.
Sekarang
banyak tokoh/aghniya Islam yang menghabiskan uangnya untuk
bermewah-mewah seperti Qarun atau orang-orang yang dikutuk Allah dalam
surat At Takatsuur. Ketimbang membeli persenjataan atau media dakwah
ummat Islam (media cetak, radio, TV, dsb), mereka memilih menghabiskan
uangnya untuk rumah dan mobil mewah seperti Alphard, Mercy, dsb. Tak
heran jika TV2 sekarang akhirnya membuat ummat Islam jauh dari agamanya
dan rusak moralnya. Tidak aneh pula jika orang-orang kafir dari AS dan
Eropa dengan mudah menyerang dan menduduki negara-negara Islam seperti
Iraq, Afghanistan, Libya, dan sebagainya.
Banyak
orang yang naik haji atau umrah berkali-kali. Padahal yang wajib hanya
sekali. Ada pun setelah itu, maka menggunakan hartanya untuk berjihad di
jalan Allah atau membantu orang yang berjihad justru lebih utama dan
lebih besar pahalanya:
“Amal
apa yang utama?”. Maka Nabi SAW menjawab : “Iman kepada Allah dan
Rasul-Nya”. Penanya berkata : “Kemudian apa?” Nabi SAW berkata : “Jihad
di jalan Allah”. Beliau ditanya lagi: “Kemudian apa?” Nabi SAW menjawab :
‘Haji mabrur”. [Muttafaq ‘alaih]
Dimana
Nabi SAW menjadikan haji setelah jihad. Dan yang dimaksudkan adalah
haji sunnah. Sebab haji wajib merupakan salah satu rukun dalam Islam
jika telah mampu melaksanakannya. Dan dalam shahihain disebutkan riwayat
dari Nabi SAW, bahwa beliau bersabda.
“Barangsiapa
yang membantu orang yang berjuang, maka sesungguhnya dia telah
berjuang. Dan barangsiapa yang menanggung keluarganya dengan kebaikan,
maka sesungguhnya dia telah berperang” [HR Bukhari dan Muslim]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar